sehun-vogue

I am a big mess. I’ve been bothering your life, quite often. But this mess love you, endlessly.” Oh Sehun

A Restaurant – Seoul

Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada, wajahnya merah padam. Sedari tadi kegiatan yang dia lakukan hanya meniup-niup poninya saja, sekadar kegiatan paling putus asa untuk membunuh kebosanan. Di depannya ada sang suami, Oh Sehun yang nampak sedang sangat sibuk dengan ponselnya. Beberapa menit sekali benda tersebut akan bergetar, menandakan ada orang yang berniat melakukan percakapan dengan suaminya. Tepat saat Da Hye akan membuka mulut, Sehun mengangkat sebelah tangannya, menginterupsi. Pria tersebut kembali asyik mahsyuk dengan pembicaraan dunia bisnis yang dia tak tahu menahu. Tak peduli tepatnya.

“Aku ingin pulang.” Lee Da Hye berbicara dengan gigi saling bergemerutukan karena menahan emosi.

“Habiskan makananmu dulu.” Sehun menyergah, dengan tatapan mata tajam yang membuat nyali Da Hye menciut seketika itu juga.

“Aku bilang habiskan, Mrs Oh.” Ada penekanan di balik nama yang Sehun sematkan untuk istrinya, hal yang membuat gadis tersebut tersipu malu, mendadak amnesia bahwa dia tadi sedang kesal setengah mati.

“Good girl.” Ucap Sehun saat Da Hye akhirnya memilih mengalah dan memaksakan diri untuk memakan sepiring bruschetta yang rasanya sudah tidak keruan.

“Kau tahu, Sir? Kau amat sangat menyebalkan.”  Da Hye berseloroh saat dia sudah menelan semua makanannya. Sehun hanya mengangkat sebelah alisnya, ekspresinya masih sama datar.

“Aku tahu, kau sudah mengatakannya puluhan kali hingga aku nyaris tuli.”

“Bagus kalau kau tuli.” Sehun mengangkat wajah, menatap Da Hye dengan penuh keingintahuan. “Kalau kau tuli, kau tidak perlu terus menerus menerima telepon dari klien maha pentingmu itu. Kau jadi bisa makan dengan baik dan benar, bukannya menyuruhku makan dengan sebagaimana mestinya dan kau? Menyentuh makanannu saja tidak.” Ada seringai yang terpatri di wajah ayu Da Hye saat dia menyelesaikan kalimatnya, sepertinya dia akan memenangkan perdebatan saat melihat air muka Sehun saat ini.

“Apa kau sedang melancarkan semacam aksi protes karena aku terlalu sibuk, huh? Aku kan sudah menjelaskannya berkali-kali. Lagi pula kita sudah bersama bukan hanya satu atau dua hari, tapi banyak hari. Kau harusnya paham, kan?” Da Hye menarik napas dalam-dalam sebelum menghembuskannya dengan kasar, berbicara dengan Oh Sehun memang butuh kesabaran ekstra. Dia harusnya sudah hapal di luar kepala kalau suaminya tak akan begitu saja menyerah dalam sebuah perdebatan.

“Aku tidak sedang mengeluh, Sir. Aku sedang mengkhawatirkan kesehatanmu. Apa aku terdengar seegois itu dengan terus menerus menuntut perhatian dari suamiku sendiri?”

“Lalu apa maumu, Da Hye?”

Da Hye hanya bisa mengangakan mulut begitu mendengar respon yang diberikan Sehun. Dia pada akhirnya sadar bahwa tak ada satu manusiapun yang sempurna di muka bumi. Oh Sehun menjadi bukti yang begitu nyata. Pria itu mungkin punya wajah kelewat rupawan, harta melimpah dan kuasa nyaris di segala hal, tapi urusan memahami perasaan orang lain, Sehun bahkan tak lebih baik dari remaja lima belas tahun.

“Makan dengan baik dan tunda pekerjaanmu.” Dia menjawab dengan singkat dan ketus.

“Tidak bisa, kau tahu-“

“Aku mau pulang. Sekarang!” Gadis itu dengan berani menyergah perkataan Sehun, hal yang baru-baru ini menjadi kebiasaan barunya.

“Kita kan sedang kencan.”

“Kencan? Maksudmu kau dengan klien-klien super pentingmu?”

“Lihat istriku sedang merajuk lagi.” Sehun justru tertawa, memperlihatkan eye smile nya yang membuat wajahnya kian menawan. Pria tersebut lalu berjalan ke sisi Da Hye, berjongkok di depan istrinya seraya menggenggam tangan gadis itu. Da Hye hanya melongo bak idiot. Padahal dia sudah siap dengan kata-kata pedas yang biasanya Sehun ucapkan jika mereka sudah terlibat dalam perdebatan.

Da Hye hanya terdiam, sebuah sentuhan sederhana dan dia nyaris kehilangan kewarasan. Emosinya tertahan di tenggorokan, padahal beberapa detik lalu dia sudah bersiap menyumpahi suaminya yang sangat keras kepala.

“Da Hye-ya… saat ini kau pasti sedang berpikir bahwa aku sangat tidak peka, kan?” Da Hye hanya menelan pahit ludahnya, merasa ngeri dengan kemungkinan Sehun yang bisa membaca isi kepalanya dengan gamblang.

“Aku memang tidak peka, tak pernah peka aku rasa. Aku hanya mempunyai intuisi bagus soal bisnis dan uang, soal perasaan? Aku bahkan tak lebih baik dari remaja lima belas tahun.” Gadis tersebut meremas keras tangan Sehun yang menggenggamnya, dia benar-benar ingin pingsan saja saat ini.

“Kau perlu tahu beberapa hal lagi tentangmu, hal-hal remeh aku rasa.” Sehun mengambil jeda di antara kalimatnya, memberi kesempatan pada Da Hye untuk menjawab yang tak digunakan gadis itu sama sekali karena dia masih kelewat terkejut.

“Sejak mengenalmu aku mulai meninjau ulang tujuan hidupku, kemapanan, uang, kekuasaan, semua yang mati-matian aku kejar selama ini. Tadinya aku hanya berpikir tentang bagaimana membuat mom bangga, melindungi Na Ra noona, hingga aku lupa memikirkan kebahagiaanku sendiri.”

“Apa kau menyesal dengan hidupmu, Sir?” Da Hye akhirnya membuka suara, terdengar serak dari tenggorokannya yang kering. Sehun sangat anti membicarakn perihal kehidupannya dulu, tapi saat ini dia malah dengan sukarela memulai pembicaraan.

“Tentu saja tidak.” Sehun menjawab cepat, seolah dia nyaris kehabisan waktu jika tak segera memberikan jawaban. “Hidupku sudah sangat baik, bahkan sempurna sejak ada kau.”

Sehun mengelus pelan pipi Da Hye yang merona, istrinya itu memang mudah sekali dibuat tersipu.

“Dengar, aku mungkin seseorang yang sudah sangat mengacaukan hidupmu. Aku sudah memaksamu untuk berada di sisiku, menyuruhmu ini dan itu, sedikit banyak kau pasti kesal denganku, kan?”

“Kesal sekali.” Da Hye mengoreksi, yang membuat keduanya tertawa untuk beberapa saat sebelum Sehun kembali pada wajah seriusnya.

I am a big mess. I’ve been bothering your life, quite often. But this mess love you, endlessly.”

Pria itu mengatakan sebaris ungkapan cintanya dengan tulus. Bukan bualan seperti yang orang-orang katakan. Oh Sehun yang kaku itu mengatakan perasaannya setelah dengan jujur mengakui betapa tidak sempurnanya dia. Jika sudah seperti ini bagaimana seorang Lee Da Hye tak semakin mencintai Oh Sehun? Dia lalu meletakkan sebelah tangannya di atas tangan Sehun yang mengelus pipinya dengan gerakan lembut, mengatakan kalimat yang entah dari mana dia dapatkan.

If it’s okay, in what possible, limited time I have, let me continue to bring you happiness and joy.” Ucapnya dengan lirih. Dia lalu menundukkan kepala, mengecup lamat-lamat bibir merah muda Sehun, sebelum melahapnya dengan rakus. Dia sudah lupa di mana dia berada saat ini. Lagi pula dia tidak keberatan menjadi tontonan pengunjung restoran karena aksi bar-barnya mencium panas suaminya sendiri.

Note :

Hai sorry for the long update T_T lagi sibuk-sibuknya mengejar karir di dunia nyata jadi dunia delusi sedikit banyak terbengkalai. Ini saya bawa Sehun karena saya juga kangen bangettt sama dia! Saya akan tetep berusaha pos FF yang tertunda, juga beberapa ficlet yang saya harap bisa menghibur. Oya pemesanan ebook masih terbuka kapan saja kok. Detailnya ada di halaman depan blog ini ya.

Anyway, besok Senin!!!

Have a nice day

Na Ra Lee